Senin, 01 Juni 2015

MEMBANGUN PARADIGMA MADRASAH UNGGULAN (Tinjauan Reduksionisme Keberadaan Madrasah)

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM

                                                            JURNAL
Penulis : Darwis
Judul   : Membangun Paradigma Madrasah Unggulan
Jurnal   : Dinamika Ilmu (Jurnal Kependidikan)
Vol.     : V No. 1 Juni 2005
 Hal. 57-67

MEMBANGUN PARADIGMA MADRASAH UNGGULAN
(Tinjauan Reduksionisme Keberadaan Madrasah)
Darwis*
            Abstract: while discussing the issue of islamic education, it always refers to madrasah. However, it is very unfortunate to see the feature of madrasah which generally is considered to remain low either the quality of its management, output, and teacher. This can be seen from the output of madrasah to compete to get job. The madrasah graduation seems too difficult to enter formal employment. There are some reasons that lead to that condition, including: there is no maximise participation of society toward the existence ofmadrasah, the school curriculum which is not adaptable to environment, and also the islamic values is less to be taught to student in classroom. Meanwhile, in the outside world, there is tremendous development on science and technology. In order to develop an excellent/pre-eminent madrasah, it needs to re-formulate madrasah, such as increasing people/society participation, reform the curriculum to be more appropriate to the needs of muslim society, lastly, the values that is thought in madrasah have to be sourced from islamic teachings.
Kata Kunci: Madrasah, Reduksionisme, Sistem Pendidikan.

PENDAHULUAN
   Dalam rangka pengembangan ilmu dan pencapaian cita-cita suatu bangsa, maka institusi yang memiliki peran penting adalah institusi pendidikan baik negeri maupun swasta, umum atau yang berciri khas agama islam termasuk dalam hal ini madrasah. Madrasah sebagai lembaga pendidikan islam, seharusnya memiliki misi yang jelas bagaimana mempertahankan, mengembangkan, mengaktualisasikan ajaran islam. Kaitannya dengan madrasah,menurut Fazlur Rahman bahwa diantara yang menyebabkan kemunduran ilmu pengetahuan umat islam adalah karena kekeringan dan jauhnya umat islam dari hakekat ilmu-ilmu keagamaan yang pada dasarnya memberi peluang selebar-lebarnya terhadap fungsi akal dan rasio, munculnya larangan ulama pada zaman pertengahan dalam mencari ilmu yang tidak langsungberhubungan dengan amal dan pemahaman masyarakat islam terhadap hakekat ilmu yang dianggap sesuatu yang dicari dan dibangun secara sistematis oleh akal pikiran manusia sendiri.
Kegelisahan yang muncul ketika sekolah islam gagal mencetak kader aktivis islam, mencerminkan konsep fungsi dan kurikulum yang tidak jelas model pembelajarannya tidak mendorong  anak didik dari keluarga bukan santri, menjadi aktivis gerakan selama masa pendidikan. Pembelajarannya tidak beda dari sekolah umumnya. Sejumlah bidang studi umum, berbeda dan saling bertentangan dengan ilmu ke-islam-an. Penambahan jumlah jam bidang studi ke-islam-an bukanlah jawaban cerdas.
Untuk menata kembali aspek-aspek pembelajaran yang telah lama tidak dituangkan dalam pembelajaran, perlu kiranyapemahaman dan kajian secara mendalam dan integral tahap demi tahap. “ Disamping itu, reformasi pendidikan harus meberikan peluang (room for manoeuvre) bagi siapapun yang aktif dalam pendidkan untuk mengembangkan langkah-langkah baru yang memungkinkan terjadinya peningkatan mutu pendidikan.” Kelemahan yang terjadi dalm pembelajaran di madrasah selama ini adalah para tenaga pendidk kurang mengembangkan intern thinking and learning experience student. Seharusnya semakin banyak lembaga islam yang merdiri, maka semakin banyak pula tokoh islam yang memperjuangkan nilai-nilai keislaman diberbagai aspek kehidupan.

PARTISIPASI MASYARAKAT
            Dalam rangka menjadi lembaga pendidikan islam unggulan, maka madrasah dalam melakukan seluruh kegiatannya tetap memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Keterbatsan masyarakat akan berakibat pada kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap madrasah. Bentuk-bentuk kepercayaan yang dimaksut dapat berupa partisipasi masyarakat dalam memobilisasi sumber-sumber dana yang tersedia pada orang tua dan masyarakat, sementara dukungan pemerintah terhadap lembaga pendidikan berkurang, apalagi madrasah yang pengelolaannya berda di bawah departemen Agam, bukan di bawah pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten dan kota.
            Menurut pendapat Don Adam yang dikutip oleh Suyata, beberapa aspek tentang mutu sekolah (madrasah) dengan mengidentifikasi: “1) reputasi, 2) sumber-sumber dan masukan, 3) proses, 4) isi, 5) keluaran dan hasil, dan 6) nilai tambah (value added).” Sekolah bermutu dan sekaligus berdampak dapat dilihat dari kemampuannya menghadirkan perubahan di dalam diri siswa apakah itu pengetahuan, sikap, penampilannya atau keseluruhannya.
           
PROSES BELAJAR MENGAJAR
            Untuk menciptakan suasana yang kondusif dan kompetitif, maka madrasah perlu melakukan pembaruan mendasar seperti memperkenalkan penetapan sekolah-sekolah unggulan atau kelas-kelas unggulan, disamping usaha-usaha pembenahan hal-hal terkait mutu lainnya. Faktor-faktir kunci menciptakan sekolah bermutu adalah mengembangkan wawasan madrasah yang bermutu adalah siswa, guru, kepala sekolah, dan pengawas plus orang tua.
            Selain itu, pemberian kesempatan kepada pelaku pendidikan seperti: guru dan anak didik untuk secara bersama-sama maupun pribadi mengembangkan kemempuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sangat membantu percepatan pertumbuhan karakteristik anak didik. Pembelajaran dari teachers center menjadi students center kiranya menjadi pertimbangan untuk dilakukan. Sistem pembelajaran dapat dibentuk dengan pembelajaran murid yang biasa menunggu, menerima dan memperoleh materi pelajaran sebanyak-banyaknya menjadi aktif mencari dan menguasai metodologi berpikir yang kuat dan konstruktif.
            Kelemahan sistem pendidikan madrasah pada dasarnya sama dengan kelemahan umum yang disandang oleh sistem pendidikan di Indonesia, yakni: 1) mementingkan materi di atas metodologi; 2) mementingkan memori di atas analisis dan dialog; 3) memntingkan pikiran vertikal/linier di atas lateral; 4) mementingkan penguatan pada “otak kiri” di atas “otak kanan”; 5) materi pelajaran agama yang diberikan masih bersifat tradisional, belum menyentuh aspek rasional; 6) penekanan yang berlebihan pada ilmu sebagai produk final, bukan pada proses metodologinya; dan 7) mementingkan orientasi “memiliki” di atas “menjadi”.


MANAJEMEN PENGELOLAAN MADRASAH
            Manajemen pengelolaan madrasah merupakan suatu kebutuhan penting yang harus ada. Mustahil madrasah dapat dikembangkan dengan baik tanpa manajemen yang baik. Semua tugas akan memiliki makna dan berfungsi, apabila memiliki peran dan dan tanggung jawab yang pasti dapat dilakukan. Dengan tanggung jawab ini , secara bertahap dapat dilakukan madrasah berwawasan keunggulan dengan visi dan misi bermacam-macam, bergantung pada pemikiran dasar dan sistem nilai yang dianut serta konsep-konsep lain yang dikaitkannya seperti pemerataan(equity), efisiensi, efektivitas, dan produktivitas. Perbedaan ini akan membawa konsekuensi kebijakan, perencanaan dan sistem alokasi sumber-sumber. Untuk mengembangkan berbagai kebijakan tersebut, ada dua kubu melihat mutu berwawasan keunggulan adalah “(1) elitisme dan (2) developmental. Paham pertama melihat pentingnya faktor-faktor individual seperti kemampuan perseorangan dan motivasi. Sementara yang kedua menekankan pentingnya perbaikan keseluruhan dengan pendekatan perbaikan struktural. Untuk sekolah negeri, pilihan posisi kedua, developmental dengan perbaikan struktural nampaknya lebih disarankan”. Di dalam konteks nasional, sekolah paling tidak mengemban empat fungsi utama yaitu menyatukan bangsa, membentuk warga negara yang baik, menyiapkan pemimpin untuk segala bidang kehidupan, dan mengembangkan pribadi serta segera menyusul menyiapkan warga dunia/global. Singkatnya, pendidikan, terutama lewat persekolahan, menyiapkan peserta didik memasuki peranan mereka di masa mendatang.

REPOSISI KURIKULUM
            Madrasah yang dibentuk tidak perlu dirubah sesuai dengan pergantian zaman dan kepemimpinannya, akan tetapi batasan dan ruang lingkup materi ajar yang harus mendapat perhatian secara serius, menjadi bahan pertimbangan untuk diajarkan pada anak didik. Tentu saja agar madrasah tetap mampu mengambil fungsi majemuk di tengah arah perubahan masyarakat. Selain itu perlu ada kebijakan-kebijakan baru dalam menata ulang materi yang diajarkan, termasuk strategi baru dan dukungan sarana yang memadai.
            Untuk dapat mengembangkan madrasah yang berkualitas perlu ditinjau ulang kurikulum madrasah yang ada selama ini, apakah sudah dapat menjawab persoalan-persoalan keagamaan masyarakat Indonesia dan global pada umumnya. Pergantian kurikulum lama denagn kurikulum baru tidak dapat diterapkan secara cepat, hal tersebut disebabkan penguasaan materi kurikulum bagi guru, penyediaan bahan ajar yang akan dikuasai anak didik, sangat perlu dipertimbangkan secara matang. Oleh karena itu penyesuaian penggunaan kkurikulum baru dan meninggalkan kurikulum lama akan seringkali menimbulkan masalah. Oleh karena itu, “perlu perangkat-perangkat dan visi baru untuk menyesuaikan diri dengan perangkat kurikulum baru itu. Hal ini tentu saja merupakan keresahan mendalam bagi madrasah-madrasah, terutama yang swasta.”
            Pelaksanaan suatu kurikulum menuju kepada keberhasilan lembaga ditunajng oleh hal-hal sebagai berikut:
1.      Tersedia tenaga pengajar (guru) yang kompeten.
2.      Tersedianya fasilitas fisik atau fasilitas belajar yang memadai dan menyenangkan.
3.      Tersedia fasilitas bantu untuk proses belajar-mengajar.
4.      Adanya tenaga penunjang pendidikan seperti tenaga-tenaga administrasi, pembimbing, pustakawan, dan laboran.
5.      Tersedia dana yang memadai.
6.      Manajemen yang efisien.
7.      Terpelihara budaya yang menunjang, seperti misalnya konsep wawasan wiyatamandala.
8.      Kepemimpinan pendidikan.
Penggunaan kurikulum di kalangan madrasah lama dan memiliki ciri khas tersendiri,
“...madrasah masih dapat konsisten dengan titik tekan disiplin ilmunya. Walaupun dipandang dari sudut prestasi mengalami penurunan, terutama dari segi positif sebagai lembaga yang dapat memproduk ulama dan kiai (ahli agama). Gambaran di atas memperlihatkan bahwa madrasah mampu menunjukkan daya adaptasi untuk menyerap unsur-unsur inovasi. Lebih dari itu, madrasah memiliki daya tangkap terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat sekelilingnya.”

PENGEMBANGAN NILAI
            Misi utama keberadaan madrasah adalah untuk mempertahankan dan mengembangkan ajaran islam. Oleh karena itu, lembaga madrasah yang melahirkan ciri khas tersebut mengandung unsur-unsur:
1.      Perwujudan nilai-nilai keislaman di dalam keseluruhan kehidupan lembaga madrasah.
2.      kehidupan moral yang beraktualisasi.
3.      manajemen yang profesional, terbuka dan berperan aktif dalam masyarakat.
Nilai-nilai yang harus diperjuangkan oleh seluruh elemen pendidikan adalah agar semua anak didik dapat diarahkan menjadi dewasa, bertanggung jawab, memiliki kemandirian dalam bersikap dan bertindak. Kemampuan ini dapat diberikan kepada siswa, guru, masyarakat, apabila model madrasah memiliki tipe sekolah/madrasah yang tinggi dalam berbagai aspek.
Tipe model sekolah
Tipe Sekolah
Syarat 1:
Pemilihan
Kepsek dan
Guru
Syarat 2:
Bentuk
Partisipasi
masyarakat
Syarat 3:
Lokasi/kemam-
puan daerah dan
orang tua
Syarat 4:
Kemampuan
Menghitung
dana
Syarat 5:
NEM
1. penuh
Dipilih
Karena
Memiliki
ketrampilan
Partisipasi
Masyarakat
Besar dan dana
Pendapatan
daerah tinggi
Dana tak ter-
Gantung pada
Pemerintah,
Tapi dari masya-
Rakat
Tinggi
2. menengah
Dipilih karena
Memiliki ketrampilan
Partisipasi
Masyarakat
Besar dan dana
Pendapatan
Daerah sedang
Tergantung pada
Dana
Pemerintah
Sedang
3. minimal
Dipilih karena
Memiliki ketrampilan
Partisipasi
Masyarakat
kurang
Pendapatan daerah
rendah
Sangat
Tergantung pada
Dana
pemerintah
rendah
            Manusia akan dapat menjalankan tugas kekhalifahannya secara baik jika dibekali dengan ilmu pendidikan, tat cara belajar yang benar dan tanggung jawab. Ilmu dan sistem balajar ini akan menjadi suatu pedoman dalam perjalanan hidup dan penghambaannya kepada Allah.

KESIMPULAN
            Setelah memperhatikan berbagai argumentasi yang telah disebutkan terdahulu, dapat disimpulakan bahwa untuk menjadikan madrasah unggulan perlu diperhatikan:
  1. partisipasi masyarakat dari segi apapun.
  2. proses belajar mengajar memperhatikan pengembangan nilai-nilai universal agama.
  3. manajemen pengelolaan madrasah  memiliki tipe madrasah yang tinggi.
  4. kurikulum yang digunakan seharusnya memperhatikan kepentingan masyarakat, dengan tidak menghilangkan substansi ajaran islam.
  5. medrasah memiliki visi dan misi untuk mengembangkan nilai ajaran islam yang ditanamkan kepada diri anak didik.

2 komentar:

  1. kalau boleh saya tanya saya bisa dapat jurnalnya dimana ya?

    BalasHapus
  2. KotaBet - Online Casino, Gambling & Gaming in South Africa
    KotaBet is the largest casino in South Africa and is also septcasino a leader in gambling at 카지노사이트 home. Owned and operated by Kota kadangpintar Bet Kenya.

    BalasHapus